Minggu, 01 Desember 2019

Cerpen Nurhafiza

Si Pemalu yang Kurindu


8 Juli 2019 hari ini genap tiga tahun, sejak pengungkapan cintanya pada ku. Dia teman dari salah seorang temanku. Dia tidak ku impikan dan juga tidak ku kagumi. Setiap pesan yang masuk darinya aku balas seadanya. Tapi semua berubah semenjak dia sering menelponku hanya sekedar membicarakan hal-hal yang merutku tak penting. Tapi aku nyaman dan tanpa aku sadari rasa sayang itu perlahan tumbuh. 
Hari pertama aku bertemu dengannya ketika tes masuk SMA, dia satu sekolah dengan sahabat kecil ku Dio. Teman-teman ku bilang kalau cowok itu ganteng, cool keren dan blablabla hemm tapi  menurutku cowok itu b aja sih, masih standarlah gak ganteng -ganteng amat. 
Amara itu nama ku. Gadis yang tidak lagi mempercayai pria karena sering terluka. Dan dia Fadil, cowok yang membuat ku mimpi indah di setiap tidurku. Pagi itu di depan kelas ku dia mengatakan jika dia menyukai ku saat pertama kali kami berpapasan di teras kelas saat tes masuk SMA. Sangat mustahil bagi siapa saja yang mengalami kejadian sepertiku. Aku sama sekali tak mengenalnya , maksud ku aku hanya tau dia itu juga temannya Dio sahabatku. Bahkan aku juga belum tau namanya siapa.Akan tetapi, kemustahilan musnah apabila menjadi nyata.
Aku dan Fadil kini berpacaran. Entah mengapa waktu itu aku menerima cintanya, tapi dilihat dari mukanya kayaknya dia bukan cowok jahat deh, jadi aku memutuskan untuk menerimanya. Ya coba - cobalah lagian sekarang aku juga udah lama banget nggak deket sama cowok. Dan Dio juga cerita ke aku kalau si Fadil ini cowok yang sangat pemalu dia nggak pernah ngungkapin perasaan ke cewek, dia bilang kalau aku cewek pertama yang ditembak Fadil secara langsung. Tapi yang aku tau sekarang aku menyayanginya.
Beberapa bulan setelah kami berdua resmi pacaran pertengkaran terjadi antara kami berdua.“kita putus” Kata-kata itu keluar dari mulutnya. 
Aku yang baru saja menikmati indah hari bersamanya langsung terdiam mendengar kalimat itu.“kamu yang meyakinkanku tentang cinta setelah sekian lama aku diam dan memendam sakit hati, kamu yang buat aku keluar dari lubang masa lalu ku yang menyakitkan, kamu yang pernah bilang kamu yang akan menjagaku, tapi sekarang kamu yang menyakitiku dan membawaku ke lubang yang sama!” kata ku sambil menangis “ya aku pembohong, aku tak bisa tepati janji” jawabnya dengan nada tegas.Tuutt tuutt ttuutt telpon itu di putuskan olehnya. Berulang kali aku mencoba menghubunginya tapi ponselnya tak aktif. Aku hanya bisa menangis sendiri dalam kesakitanku.
Beberapa hari kemudian,
Ponselku berdering, aku lihat ternyata ada satu pesan masuk
“aku sayang kamu” isi pesan yang ternyata dikirim oleh Fadil
“apa maksud kamu?” balasan ku kirim
Beberapa saat kemudian ponselku berdering lagi, tanda ada balasan dari Fadil.
“aku masih sayang kamu”
Aku memilih diam dan tak membalas pesan itu.
Ponselku berdering lagi. Kulihat ada panggilan masuk dari Fadil, ku angkat telpon itu.
“lagi ngapain?” tanyanya
“baring-baring” jawabku singkat
“aku minta maaf ya, aku masih sayang kamu, kamu mau kembali lagi sama aku?” kata Fadil
“aku tak pernah menganggap kata-kata putus darimu” Ku jawab seperti itu karena aku masih sangat menyayanginya.
“makasih sayang, love u :*” jawab Fadil, aku bisa merasakan dia tersenyum bahagia.
“love u too sayang :*” jawabku
Hubungan kami tetap baik-baik saja, walaupun sempat ada masalah. Aku bahagia bisa bersamanya lagi.
Singkat cerita. Aku dan Fadil semakin sering terlibat dalam pertengkaran-pertengkaran yang berawal dari masalah sepele. Terhitung dari satu bulan yang lalu sudah dua kali Fadil minta putus dan sekali minta break. Apa pun yang terjadi aku akan berusaha sebisaku untuk mempertahankan hubungan kami. Karena aku sangat menyayanginya.
Sekarang sudah tiga bulan aku menjalani hubungan dengannya.
Sampai pada malam itu cerita cinta kami masih berlanjut sampai tiba-tiba hal yang terburuk pun terjadi. Ya, pertengkaran lagi.“sudahlah aku mau tidur” bentak Fadil
Aku menghela nafas panjang “ya sudahlah” jawabku
Tuutt Fadil memutuskan sambungan telpon itu.
Keesokan harinya aku terus berusaha menghubungi Fadil. Tapi dia masih saja dingin terhadapku.
Iseng-iseng ku buka akun facebook miliknya. Tujuan utamaku adalah melihat pesan masuk. Ada satu pesan yang sangat menarik perhatianku, Pesan itu dari Tya teman Fadil waktu di SMP. Pesan itu masuk sekitar dua minggu yang lalu saat Fadil memutuskan untuk break denganku.
“kamu masih sama Amara” Tya memulai pesan
“masih, tapi lagi break” balasan dari Fadil
“kenapa?” Tanya Tya lagi
“bosan, aku dikekang terus” balasan dari Fadil
Membaca percakapan itu membuat hatiku merasakan sakit. Bukan karena pesan yang datang dari cewek lain, tapi karena isi pesannya yang membuatku benar-benar terdiam. “Apa iya aku mengekangnya? Aku tidak pernah melarang-larangnya” kataku dalam hati. Seharian aku memikirkan pesan itu. Tekat ku sudah bulat untuk pergi darinya jika dia menginginkan itu, tak akan ku pertahan kan lagi seperti biasa saat dia bilang putus. Aku tak ingin dia semakin tersiksa bersamaku, aku tak mau hanya aku yang bahagia, aku mencoba menahan keegoisanku agar dia tak lagi menderita.
Malam itu aku kembali menelpon Fadil. Ya dengan dinginya dia menyambut telpon ku. Bukanya memperbaiki suasana dia malah membuat suasana semakin panas.
“kita putus” katanya.
“ya, itu memang mau mu dari dulu. Ok kita putus, aku tau kamu bosan. Aku tak mau kamu tersiksa apabila terus bersamaku” aku mencoba menjawab dengan tenang.
“iya” jawabnya.
Deg!!! air mata mengucur deras di pipiku. Aku tak percaya dia menginjak-nginjak perasaanku.
“kamu tau gimana susahnya aku mempertahankan semua ini? Kamu tau bagaimana aku sekuat hati mencoba untuk sabar menghadapimu? Aku kecewa, aku benci kamu, aku benci kamu Fadil fine, makasih untuk semuanya karena kamu yang minta maka aku akan pergi” kataku sambil terisak.
Tuutt kali ini aku yang mematikan telpon itu. Aku hapus air mataku, aku harus kuat.
Tak pernah aku sesali mencintainya karena itulah pilihanku. Hmm kalau pun aku menyesal keadaan takkan berubah. Dia takkan kembali lagi padaku. Tetapi dilubuk hati yang terdalam aku sangat merindukannya. 
Darinya aku belajar kesetiaan, kepercayaan, dan kesabaran. Sekarang aku juga belajar keikhlasan. “Yang membuatmu patah hati sebenarnya bukan cinta,melainkan besarnya harapan yang kau pertaruhkan untuknya.”

Karakteristik Peserta Didik

Nama : Nurhafiza NIM    : 11901338 Kelas  : PAI 4 E Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, baiklah dengan adanya tulisan ini untuk...